Minggu, 25 April 2010

Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching

The Four Principles of The Powerful Communication of Quantum Teaching for Creating The Effective Comunication between Teacher and Students at Class X3
of SMAN 3 Surabaya
(Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching untuk Menciptakan Komunikasi Efektif antara Guru dan Siswa di Kelas X3 SMAN 3 Surabaya)




Oleh: Risa Rahayu, S.Pd.
Nip : 132230488
Guru SMAN 3 Surabaya













Makalah Disajikan Dalam “INTERNASIONAL SEMINAR ON GLOBAL EDUCATION” On Mei 11Th 2008



ABSTRACT

Quantum Teaching gives four powerful communication principles between teacher and students in the class. Those principles can be used by teacher when he teaches, gives clues, arrange teaching and learning, or give feed-back. The four principles are: (1) arising positive impression ; (2) directing the focus ; (3) creating inclusive words ; (4) producing specific thing. Communication based on those four principles creates the effective communication between teacher and students in the classroom. The result shows the followings: (1) Positive impression can arise the process of teaching and learning and it can be done through the conversation which support the process, create challencing impression, curiousity , and the competence to analyse errors. (2) Directing the focus can be done through conversation which has the purpose of communication. The more focused conversation the clearer communication to create acts. (3) Unclusive can be done through the words which motivate the togetherness. (4) Specific production can be done through the avoidance of the words focus to the general topic, teachers are to use the specific words or phrases as the communication steps. The clearness creats acts. Using the four principles teachers can maximize the process of teaching ang learning because the principles contains four reasons: (1) maximize the whole brain to increase the quality of learning and the quantity of learning; (2) avoid the misunderstanding in the communication because of the generalization and the opening of the earger association; (3) creating good attitude and behavior which support the process of teaching and learning, and (4) increase the result of process of teaching and learning.

Key words : The four principles of the powerful communication of Kuantum Teaching,
effective communication.


ABSTRAK

Quantum teaching memberikan empat prinsip komunikasi ampuh antara guru dan siswa di kelas. Keempat prinsip ini dapat dipakai oleh guru ketika mengajar, memberikan petunjuk, menata konteks dalam pembelajaran, atau memberikan umpan balik. Keempat prinsip tersebut adalah : (1) munculkan kesan ;(2) arahkan fokus; (3) inklusif; (4) spesifik. Komunikasi yang berdasarkan keempat prinsip tersebut akan menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan keempat prinsip tersebut sebagai berikut. (1) Kesan positif yang dapat memacu pembelajaran dapat dilakukan dengan penggunaan percakapan yang mendukung pembelajaran , menciptakan kesan tantangan, penasaran, dan kemampuan untuk mengkaji kembali suatu kesalahan. (2) Arahkan fokus dapat dilakukan dengan penggunaan percakapan yang langsung mengarah pada perhatian yang dituju dalam tujuan komunikasi. Semakin fokus percakapan akan semakin melahirkan kejelasan dan mewujudkan tindakan. (3) Inklusif dapat dilakukan dengan penggunaan kata-kata yang mengajak dalam kebersamaan. (4) Spesifik dapat dilakukan dengan penghindaran kata-kata yang berkesan umum/general. Gunakan kata /frase yang secara khusus mengarah pada kejelasan sebagaimana yang dimaksud dalam komunikasi. Kejelasan melahirkan tindakan. Dengan menggunakan keempat prinsip tersebut, guru dapat memaksimalkan PBM karena prinsip tersebut (1) terkait dengan teori otak triune yang memaksimalkan daya otak keseluruhan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar; (2) menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi akibat generalisasi dan terbukanya asosiasi yang luas; (3) melahirkan sikap/perilaku yang dapat mendukung PBM; (4) meningkatkan hasil PBM.

Kata Kunci: empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching, komunikasi efektif



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ketika guru berada di depan kelas dan berbicara kepada siswa pada waktu proses belajar mengajar, sering terjadi kesalahpahaman komunikasi antara guru dan siswa. Tujuan komunikasi yang berada di benak dan pikiran guru tidak sama dengan yang berada di benak dan pikiran siswa. Hal ini terlihat dari respon perilaku siswa setelah guru menyampaikan beberapa dialog, misalnya, guru bermaksud agar siswa merapikan meja dan memasukkan buku ke dalam tas karena pelajaran selesai dan akan isrirahat. Dialog yang diucapkan guru “Anak-anak, sebentar lagi istirahat! Bersiap-siaplah kalian!” Maka respon siswa adalah para siswa ramai, bersorak-sorak, dan berjalan ke sana ke mari untuk siap-siap istirahat. Respon ini tentu tidak sesuai dengan yang dimaksud dalam benak dan pikiran guru ketika menyampaikan informasi tersebut. Hal ini sering terjadi tanpa disadari oleh guru.
Selain itu, ada beberapa dialog yang tanpa disadari oleh guru, ternyata dialog tersebut tidak memberikan kontribusi yang positif kepada siswa. Dikatakan tidak memberikan kontribusi yang positif kepada siswa karena dialog tersebut ternyata , menurut siswa, justru melemahkan semangat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Dialog tersebut, misalnya, “Anak-anak, jangan ramai! Kalian harus konsentrasi terhadap materi ini karena materi ini sulit. Banyak kakak kelas kalian yang tidak tuntas dalam materi ini.” Dialog tersebut, ternyata menurut siswa, justru melemahkan minat siswa untuk mampu meningkatkan prestasi dalam materi tersebut. Di benak siswa materi tersebut sulit dan tidak menarik untuk dipelajari. Oleh karena itu, siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan setengah hati karena gambaran kesulitan dan ketidakmampuan terhadap materi tersebut. Alhasil, prestasi siswa dalam materi tersebut kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil ulangan dan kemampuan siswa menjawab soal-soal dalam tahap refleksi yang dilakukan oleh guru.
Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi berbagai masalah di atas, diterapkan empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching. Empat prinsip ini dapat menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas karena hasil penelitian De Porter (2000:117) empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching tersebut dapat memperbaiki interaksi komunikasi guru dan siswa di kelas.
Empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching tersebut meliputi: (1) munculkan kesan;(2) . arahkan fokus; (3)c. inklusif; (4) spesifik.
Berkaitan dengan hal di atas, dalam makalah ini akan dikupas tentang penerapan empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching untuk menciptakan komunikasi efektif di kelas X3 SMAN 3 Surabaya dan alasan-alasan diterapkannya keempat prinsip tersebut dalam proses belajar mengajar di kelas.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah tersebut sebagai berikut.
a. Bagaimana menerapkan empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching untuk menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas X3 SMAN 3 Surabaya?
b. Mengapa empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching dapat menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas X3 SMAN 3 Surabaya?

1.3.Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut.
Mendeskripsikan penerapan empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching untuk menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas X3 SMAN 3 Surabaya.
Mendeskripsikan alasan diterapkannya empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching untuk menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas X3 SMAN 3 Surabaya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching untuk Menciptakan Komunikasi Efektif antara Guru dan Siswa di Kelas X3 SMAN 3 Surabaya
2.1.1 Quantum Teaching
Quantum Teaching dimulai di SuperCamp. SuperCamp adalah sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi. Strategi mengajar ini diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning, Multiple Intellegences, Neuro-Linguistic Programming, Experiential Learning, Sociatic Inquiry, Cooperatif Learning, dan Elements of Effective Instructrion. Teori-teori tersebut menawarkan model-model pembelajaran yang meninggalkan metode-metode belajar konvesional.
Salah satu karakteristik model pembelajaran baru tersebut adalah pelatihan untuk era belajar. Pelatihan tersebut ditandai dengan keterlibatan penuh pembelajar, motivasi internal, adanya kegembiraan dan kesenangan dalam belajar, dan integrasi belajar yang lebih menyeluruh ke dalam segenap kehidupan organisasi. Asumsi dasarnya adalah belajar bukan lagi persiapan untuk bekerja, belajar adalah bekerja (Meier; 2002:24).
Hasil di Supercamp menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti Supercamp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. Secara khusus hasil-hasil di Supercamp menunjukkan:
68% meningkatkan motivasi;
73% meningkatkan nilai;
81% meningkatkan rasa percaya diri;
84% meningkatkan harga diri;
98% melanjutkan penggunaan keterampilan.
Adapun Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter, 2000:3).
Asas utama Quantum Teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksud asas tersebut adalah langkah pertama seorang guru mendapatkan hak mengajar dari murid. Oleh karena itu, ia harus memasuki dunia murid agar keberadaannya diterima murid. Hal ini penting karena dengan memasuki dahulu dunia mereka akan memberikan izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Bagaimana caranya? Dengan mengaitkan materi yang guru ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, etletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, guru dapat membawa murid ke dalam dunia kita dan memberi pemahaman mengenai isi dunia itu. Di sinilah kosa kata baru, model rumus, konsep, dan sebagainya dapat dibeberkan.
Quantum Teaching memiliki beberapa prinsip. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru sampai pada kertas yang dibagikan dan rancangan pelajaran mengirimkan pesan tentang belajar.
Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan pengajaran mempunyai tujuan.
Pengalaman sebelum pemberian nama
Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal yang mereka pelajari.

Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
Jika layak dipelajari layak pula dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Model Quantum Teaching terdiri dari dua seksi utama, yaitu konteks dan isi. Konteks adalah latar dalam pembelajaran. Konteks terdiri dari beberapa bagian, yaitu suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Adapun isi adalah keterampilan penyampaian untuk kurikulum dan strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap hal yang mereka pelajari. Isi meliputi penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar- untuk-belajar, dan keterampilan hidup.

2.1.2 Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching
Guru adalah penyampai kurikulum. Oleh karena itu, perkataan guru dan cara guru mengatakan sangat berpengaruh terhadap siswa dalam menerima pelajaran yang terdapat dalam kurikulum.
Setiap interaksi yang dilakukan guru dengan siswa sama pentingnya dengan perkataan guru, bahkan mungkin lebih penting. Oleh karena itu, Quantum Teaching memberikan empat prinsip komunikasi ampuh. Komunikasi ampuh ini dapat dipakai oleh guru ketika mengajar, memberikan petunjuk, menata konteks, atau memberikan umpan balik (De Porter 2000:118). Komunikasi ampuh ini dapat dilakukan dengan mudah dan disengaja.
Keempat komunikasi ampuh tersebut sebagai berikut.




2.1.2.1 Munculkan Kesan
Kesan yang dimaksud dalam komunikasi ampuh Quantum Teaching adalah citra (De Porter, 2000:119). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:216) ada beberapa makna tentang citra. Makna yang tepat dalam kaitannya dengan maksud di sini yaitu kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat.
Perkataan guru diharapkan mampu menimbulkan kesan yang dapat memacu belajar siswa. Secara sadar, guru diharapkan memilih perkataan yang menimbulkan citra positif , memacu pelajaran, dan meningkatkan komunikasi. Jangan sampai perkataan guru menimbulkan citra negatif yang dapat melemahkan pembelajaran, misal, menimbulkan kesan kesulitan, kebosanan, bahaya, kegagalan dan sebagainya.

2.1.2.2. Arahkan Fokus
Fokus adalah unsur yang menonjolkan suatu bagian kalimat sehingga perhatian pendengar tertarik pada bagian itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:319). Dalam kaitannya dengan interaksi siswa-guru di kelas, diharapkan perkataan guru mampu langsung mengarahkan perhatian siswa kepada asosiasi yang mendukung belajar. Oleh karena itu, pilihlah kata-kata yang langsung mengarah pada asosiasi yang dimaksud dalam pesan itu. Jangan sampai membuka peluang bagi siswa untuk menciptakan berbagai macam asosiasi yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak mendukung belajar.
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh guru agar prinsip arahkan fokus ini dapat terpakai yaitu “tanyalah kepada diri sendiri: di mana guru ingin memusatkan perhatian siswa”. Lalu, pilihlah kata-kata yang langsung mengarahkan fokus mereka.

2.1.2.3 Inklusif
Semua perkataan guru diharapkan memacu terciptanya dinamika yang positif dan memacu hubungan kerja sama yang menyeluruh. Setiap orang diajar terlibat dalam proses pembelajaran.
Sebagai Quantum Teacher, guru diharapkan menciptakan sebuah suasana kerja sama, kerja tim, dan keterlibatan, terutama mengingat adanya asosiasi negatif yang dimiliki beberapa siswa mengenai dinamika guru dan siswa. Memilih kata secara sadar dan sengaja dapat memperkuat rasa kebersamaan dan menimbulkan asosiasi positif. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang penuh kerja sama, gunakanlah bahasa yang mengajak semua orang. “Mari kita” dan “kita” menciptakan kesan keterpaduan dan kesatuan. Perkataan seperti itu berarti, “Kita berjuang bersama-sama” (De Porter, 2000:122).

2.1.2.4 Spesifik
De Porter (2000:122) mengatakan bahwa kesalahan komunikasi sering terjadi karena generalisasi. Generalisasi memungkinkan orang lain mengisi kekosongan dengan pemahamannya sendiri. Semakin spesifik perkataan, akan semakin membawa kejelasan. Kejelasan mendorong lahirnya tindakan yang diinginkan dalam komunikasi.
Keempat prinsip komunikasi ampuh tersebut merupakan komunikasi verbal, yaitu komunikasi yang dilakukan secara lisan melalui suatu percakapan.
Komunikasi verbal harus didukung oleh komunikasi nonverbal, yaitu mengarah kepada komunikasi tanpa kata seperti sikap, gerakan tubuh, gerak isyarat, dan ekspresi wajah (Darmawan, 2006:4).
Mengapa komunikasi verbal harus didukung oleh kamunikasi nonverbal? Karena pesan dan bahasa tubuh itu sama dan sebangung atau kongruen (De Porter, 2000:124). Tubuh dan suara adalah kurir yang membawakan pesan. Dengan dukungan komunikasi nonverbal yang efektif, guru dapat menyampaikan pesan kongruen yang akan memperkuat komunikasi. Pesan yang kongruen adalah pesan yang memiliki perkataan, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan postur yang selaras. Wajah mengatakan hal yang sama dengan perkataan tubuh dan pikiran otak.
Hal-hal yang merupakan komunikasi nonverbal dalam Quantum Teaching yaitu kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan postur.


2.1.3 Komunikasi Efektif
Ada banyak definisi tentang komunikasi. Salah satu definisi tersebut adalah yang dikemukakan oleh Rachmadi (1994:65). Ia mengatakan bahwa komunikasi itu merupakan proses penyampaian atau pengiriman pesan dari sumber kepada satu atau lebih penerima dengan maksud untuk mengubah perilaku dan sikap penerima pesan.
Pada dasarnya, orang berkomunikasi itu memiliki tujuan. Tujuan proses komunikasi sebagai berikut.
Menciptakan pengertian yang sama terhadap setiap pesan dan lambang yang disampaikan.
Merangsang pemikiran pihak penerima untuk memikirkan pesan dan rangsangan yang ia terima.
Melakukan suatu tindakan yang selaras dengan pesan yang diterima sebagaimana diharapkan dengan adanya penyampaian pesan tersebut, yaitu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Darmawan, 2006:2).
Jadi, berdasarkan hal-hal di atas, ukuran bahwa komunikasi itu efektif adalah informasi disampaikan dan hubungan dibangun (Ludlow,1996:7). Informasi tersampaikan apabila pesan yang berada dalam benak dan pikiran komunikan dapat diterima secara sama oleh komunikator. Hubungan dibangun apabila tujuan-tujuan komunikasi di atas dapat tercapai.
Tidak semua komunikasi itu efektif. Pesan yang dikirim oleh satu pihak kepada pihak lain terkadang tidak diterima dengan baik seperti yang dimaksud pengirim pesan. Hal ini terjadi karena pesan yang disampaikan terhambat oleh berbagai kendala yang muncul saat komunikasi berlangsung. Pembatas komunikasi muncul saat adanya gangguan-gangguan dalam komunikasi sehingga mangacaukan dn menghambat pesan pengirim.
Ludlow (1996:16) mengelompokan kendala komunikasi ke dalam tiga kelompok.
Kendala dalam penerimaan yang meliputi: rangsangan dari lingkungan, sikap dan nilai-nilai penerima, kebutuhan dan harapan penerima.
Kendala-kendala dalam pemahaman yang meliputi: bahasa, masalah semantik, kemampuan penerima untuk mendengar dan menerima, panjang komunikasi, perbedaan status.
Kendala dalam penyambutan: praduga, konflik pribadi antara pengirim dan penerima.
Salah satu cara untuk mengurangi akibat kendala-kendala tersebut adalah selama proses komunikasi memeriksa terus-menerus isi berita yang dikirim dan yang diterima. Hal ini dapat dilakukan melalui umpan balik antara komunikan dan komunikator.

2.1.4 Penerapan Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching di Kelas X3 SMAN 3 Surabaya
Penelitian ini termasuk penelitian deskripsi. Menurut Arikunto (1990:309), penelitian deskripsi merupakan penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, keadaan atau gejala apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Adapun tujuan penelitian deskripsi (Ndraha, 1981:125) berusaha menemukan pengetahuan seluas-luasnya tentang objek pada suatu masa atau saat tertentu.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswa kelas X3 SMAN 3 Surabaya tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa 40. Karena subjek penelitian kurang dari seratus, semua populasi diambil sebagai sampel penelitian sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Adapun variabel penelitian yang menjadi objek pengamatan penelitian ada dua, yaitu: (1) penerapan empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching untuk menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas X3 SMAN 3 Surabaya dan (2) alasan diterapkannya empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching untuk menciptakan komunikasi efektif antara guru dan siswa di kelas X3 SMAN 3 Surabaya.
Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Data percakapan guru kepada siswa di kelas diperoleh dengan cara pengamatan/observasi di lapangan ketika beberapa guru mengajar di kelas X3.
2. Data percakapan guru tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Kategori pertama: data percakapan guru kepada siswa yang efektif atau tidak efektifnya komunikasi tersebut dapat dilihat secara langsung dari reaksi perilaku siswa. Kemudian data tersebut dianalisis apakah mengandung prinsip ampuh Quantum Teaching atau tidak.
b. Ketegori kedua: data percakapan guru kepada siswa yang efektif atau tidak efektifnya komunikasi tersebut tidak dapat dilihat secara langsung dari reaksi perilaku siswa. Efektif atau tidak efektifnya komunikasi tersebut ditentukan melalui survei. Instrumen survei berupa kuisioner.
Jenis pertanyaan kuisioner tentang pendapat dengan bentuk berstruktur. Kuisioner berisi 17 percakapan guru. Masing-masing percakapan memiliki dua model, yaitu mengandung prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching (dengan kode b ) dan tidak mengandung prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching (dengan kode a). Siswa dimintai pendapat tentang keefektifan komunikasi tersebut.
Untuk kategori pertama menghasilkan data yang terdapat dalam tabel 1.

Tabel l: Hasil Pengamatan Percakapan Guru dan Reaksi Perilaku Siswa
No
Percakapan Guru
Reaksi Perilaku Siswa
Keterangan
1.
a. “Anak-anak, tolong bersihkan kelas”.
Tidak ada yang membersihkan. Siswa-siswa diam dan seolah-olah tidak peduli dengan instruksi guru
Komunikasi tidak efektif







b.“Siswa-siswa yang piket hari ini : Leny, Lukman, Rizka, mari membersihkan kelas”.
Siswa-siswa yang bersangkutan beranjak dari bangku dan membersihkan kelas
Komunikasi efektif karena menghasilkan tindakan yang diinginkan. Menghasilkan tindakan karena perintah spesifik dan jelas dengan menyebutkan nama siswa yang dimaksud.
2.
a. “Ada pertanyaan?”
guru bertanya lagi,” sudah jelas?”.
Siswa diam.
Siswa menjawab “jelas”, tetapi ketika dites pertanyaan, siswa tidak ada yang menjawab
Komunikasi tidak efektif

b.“bagaimana dengan keterangan ibu tadi, ada pertanyaan” ?.
Kemudian guru langsung mengecek pemahaman siswa terhadap materi tersebut dengan memberikan pertanyaan: “Aisyah, buatlah contoh kalimat mayor!”
Siswa yang bersangkutan menjawab, kemudian guru melempar jawaban tersebut kepada siswa yang lain untuk menentukan kebenaran jawaban siswa tersebut.
Komunikasi efektif karena guru langsung mendapat informasi tentang kondisi pemahaman siswa yang baru disajikan.
3.
“Tulis nomor absen di tempat yang disediakan pada lembar jawaban”.
“Tulis nomor peserta dengan kode awal seperti di papan tulis”
Siswa menulis tanpa ada pertanyaan
Komunikasi efektif karena menghasilkan tindakan yang diinginkan. Menghasilkan tindakan karena perintah jelas disertai contoh yang ditulis/visual.

4.
“Sekarang kalian buka Surat Al-Zalzalah 99; 1-8”
Siswa membuka-buka buku dan mencari surat tersebut
Komunikasi tidak efektif karena tidak spesifik menyebutkan halaman.

Guru bertanya lagi “sudah ditemukan?”
Siswa menjawab “belum”.
Komuniasi tidak efektif

5.
a. “Sekarang Jaelani baca terjemahannya!”
Siswa yang bersangkutan langsung menjawab.
Komunikasi efektif karena menghasilkan tindakan dengan menyebutkan nama siswa {Franklin D. Roosevelt (dalam carnegie, 1993:78) tahu bahwa cara yang paling sederhana dalam memperoleh kehendak yang baik adalah mengingat nama orang dan membuat mereka merasa penting

“Peni simpulkan isi Surat Al-Zalzalah tersebut”
Guru melemparkan kebenaran jawaban kepada siswa lain. “Wieke, kamu setuju dengan simpulan itu?”
Pertanyaan guru dijawab siswa dengan tepat.
Komunikasi efektif.

b. “Apa simpulannya?”.
Siswa menjawab sendiri-sendiri dengan ramai. Jawaban siswa tidak terkontrol.
Komunikasi tidak efektif karena guru tidak mendapatkan informasi secara jelas dari siswa.



6.

“Jadi kesimpulannya di hari kiamat bumi akan digoncangkan, seperti saat ini yang sudah kiamat kecil, gempa bumi dengan skala …..R. itu contoh kiamat kecil”.
Siswa paham tentang kiamat.
“o, begitu kiamat”.
Komunikasi efektif karena disertai contoh berupa metafora.

Kategori kedua menghasilkan data yang terdapat dalam tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 2 : Analisis Kuisioner Percakapan Guru
Nomor Kode Kuisioner
Pilihan Percakapan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
1 X3
B
B
B
B
A
A
A
A
B
B
B
A
B
B
B
B
A
2 X3
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
3 X3
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
4 X3
B
B
B
A
B
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
5 X3
B
A
B
A
B
A
A
A
B
B
A
A
B
B
B
B
B
6 X3
B
B
A
B
B
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
7 X3
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
B
B
B
B
8 X3
B
A
B
B
B
B
A
A
B
A
B
B
B
B
B
A
B
9 X3
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
A
A
B
A
10 X3
B
B
A
B
B
B
B
B
B
B
A
B
B
B
B
B
A
11 X3
B
B
A
B
B
A
B
B
A
B
B
B
B
B
A
B
B
12 X3
B
A
B
B
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
13 X3
B
B
A
B
B
B
A
B
B
A
B
B
B
B
A
B
B
14 X3
B
B
B
A
B
B
A
A
B
B
B
A
A
B
B
B
B
15 X3
B
B
B
B
B
B
A
B
B
A
B
A
B
B
B
B
B
16 X3
B
B
B
B
B
B
A
B
B
B
B
A
B
B
B
B
B
17 X3
B
A
A
A
B
B
A
A
B
B
B
B
B
A
B
B
A
18 X3
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
B
B
B
B
19 X3
B
A
A
B
B
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
20 X3
B
A
A
A
B
B
A
A
B
B
A
B
B
A
B
B
A
21 X3
B
B
A
B
B
B
A
B
B
B
B
A
A
A
B
B
B
22 X3
B
B
B
B
B
B
A
A
B
B
A
A
B
B
B
B
B
23 X3
B
B
B
B
A
B
B
A
B
B
A
A
B
B
B
B
B
24 X3
B
A
B
B
A
B
A
B
A
B
B
A
B
B
A
B
B
25 X3
B
A
B
B
B
B
A
B
A
B
A
A
B
A
B
B
B
26 X3
B
A
A
A
B
B
A
A
B
B
A
B
B
A
B
B
A
27 X3
B
A
B
B
B
B
B
B
B
B
A
A
B
A
B
B
A
28 X3
B
B
B
B
A
B
A
B
B
B
B
A
B
B
A
B
A
29 X3
B
A
A
A
A
B
A
A
B
B
A
B
B
B
B
B
A
30 X3
B
B
B
B
A
B
B
A
B
B
B
B
B
B
B
B
A
31 X3
B
B
B
B
B
B
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
32 X3
B
B
B
B
B
B
A
A
B
A
B
A
B
B
B
B
A
33 X3
B
B
B
B
B
B
A
A
A
B
A
B
B
B
A
B
A
34 X3
B
B
B
B
A
B
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
35 X3
B
B
B
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
B
36 X3
B
B
B
B
B
B
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
37 X3
B
B
B
B
A
B
B
A
B
B
A
B
B
B
A
B
B
38 X3
B
B
B
B
B
B
A
B
B
B
B
A
A
A
B
B
B
39 X3
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
A
B
B
B
40 X3
B
B
B
B
B
A
A
A
B
B
B
B
B
B
A
B
B
Jumlah A
2
11
11
8
9
7
26
18
5
4
12
17
3
10
10
1
13
B
38
29
30
32
31
33
13
22
35
36
28
23
37
30
30
39
27




Tabel 3 : Simpulan Analisis Kuisioner Percakapan Guru
Dalam %
Nomor Percakapan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
11
12
13
14
15
16
17
A
5
27,5
25
20
22,5
17,5
65
45
12,5
10
30
42,5
7,5
25
25
2,5
32,5
B
95
72,5
75
80
77,5
82,5
35
55
87,5
90
70
57,5
92,5
75
75
97,5
67,5


Keterangan Tabel 2 dan 3 :

A = Menyetujui keefektifan percakapan yang tidak mengandung prinsip komunikasi ampuh QT.
B = Menyetujui keefektifan percakapan yang mengandung prinsip komunikasi ampuh QT.
1 – 4 = Percakapan yang mengandung kesan / citra.
5 – 9 = Percakapan yang inklusif.
10 – 14 = Percakapan yang inklusif dan spesifik.
15 – 17 = Percakapan yang mengarah pada fokus.

2.2 Alasan- Alasan Diterapkannya Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching untuk Menciptakan Komunikasi Efektif
2.2.1 Pentingnya Kesan
Mengapa kesan/citra itu penting dalam pembelajaran? Hal ini terkait dengan otak. Menurut teori otak triune (Meier, 2002:83), otak manusia terdiri dari tiga bagian: neokorteks, sistem limbik, dan otak reptil.
Neokorteks adalah topi otak, penutup yang melilit berupa zat berwarna kelabu yang merupakan 80-85% dari massa otak. Otak ini mempunyai banyak fungsi tingkat tinggi seperti berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan ke depan, bergerak dengan baik, dan berkreasi.
Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan emosi. Ini adalah otak sosial dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana yang penting untuk ingatan jangka panjang.
Otak reptil adalah bagian otak paling sedehana. Tugas otak reptil adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis seperti degupan jantung dan sistem peredaran darah. Di sini adalah pusat perilaku naluriah dan reseptif yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta dan ritualistis.
Kaitan citra dengan otak adalah bahwa belajar harus melibatkan fungsi limbik otak. Emosi (yang difungsikan oleh sistem limbik otak) dan akal sehat berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Menurut teori Accelerated Learning bahwa tidak ada apapun yang dapat mempercepat pembelajaran selain rasa gembira (Meier, 2002:85). Citra negatif akan memperlambat belajar bahkan menghentikan sama sekali. Citra yang positif akan membuat pembelajar berada dalam keadaan santai dan terbuka. Mereka dapat “naik tingkat” ke area neokorteks. Jika citra negatif dan pembelajar merasa tertekan, mereka cenderung “turun tingkat” ke otak reptil dengan tujuan bukan untuk belajar melainkan untuk bertahan. Belajar jadi lambat atau bahkan terhenti.
Hal ini juga dibuktikan dari hasil survei di kelas X3 SMAN 3 Surabaya. Berdasarkan hasil
survei yang terdapat dalam tabel 3 , percakapan guru yang mengandung kesan/citra adalah nomor 1-4. Citra positif ditunjukkan b dan citra negatif ditunjukkan a. Tabel tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
1. 95% Siswa memilih B karena percakapan 1(b) menimbulkan kesan positif yang memacu pembelajaran dan mengajak semua siswa untuk terlibat sungguh-sungguh dalam belajar. “Anak-anak, bagian ini paling menantang. Mari kita simak sungguh-sungguh supaya kalian betul-betul memahaminya.” Daripada percakapan “Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan. Jadi, kalian harus waspada kalau tidak mau gagal.” Percakapan ini menimbulkan kesan kesulitan, kebosanan, kewaspadaan, dan kegagalan.
2. 72,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 2(b) menimbulkan kesan tantangan tetapi siswa mampu menguasainya. Menurut Cornegie (1993:190), tantangan merupakan satu cara sempurna untuk menarik manusia menjadi bersemangat. “Ini bagian yang paling menantang yang telah kalian kuasai sejauh ini.”Daripada “Sekarang kita sampai pada bagian tersulit pelajaran ini.”
3. 75% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 3(b) menimbulkan kesan penasaran untuk menaklukkan tantangan dalam pelajaran tersebut. “Materi ini mengandung banyak tantangan.” Daripada percakapan “Materi ini paling sulit.” Percakapan ini menimbulkan kesan pelajaran sulit.
4. 80% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 4(b) menimbulkan kesan memacu siswa untuk mengkaji kembali tugas rumah. “Marilah kita mulai dengan melihat kesenangan rumah kemarin. Silakan keluarkan, kemudian dioper kepada teman di sebelah kananmu,” (setelah mengumpulkan dan melihat hasil PR …)
Tampaknya kita perlu mengulang konsep kemarin dengan cepat. Ibu benar tidak?” (jeda). “Bagus. Keluarkan catatan kalian dan mari kita ulang dengan menggunakan contoh kemarin.”
Daripada percakapan
“Marilah kita mulai dengan melihat kesenangan rumah kemarin. Silakan keluarkan ,kemudian dioper kepada teman di sebelah kananmu,” (setelah mengumpulkan dan melihat hasil PR …) “Tampaknya kita perlu mengulang konsep kemarin dengan cepat. Ibu benar tidak?” (jeda). “Bagus. Keluarkan catatan kalian dan mari kita ulang dengan menggunakan contoh kemarin.”

2.2.2 Pentingnya Arahkan Fokus
Ilmuwan memperkirakan bahwa otak manusia menerima lebih dari 10.000 pecahan informasi setiap detik saat manusia terjaga (De Porter, 2000:120). Lalu bagaimana otak bekerja dan kaitannya dengan prinsip arahkan fokus? Prinsip arahkan fokus memanfaatkan kemampuan otak yang mampu memilih banyaknya input dan memusatkan perhatian otak. Otak memiliki kemampuan pemroresan –ganda. Setelah masuk ke otak, informasi indrawi diproses pada tingkat sadar atau tidak sadar. Informasi yang tidak dibutuhkan akan disimpan di bawah tidak sadar. Informasi yang mengarah pada fokus akan dibawa pada tingkat sadar dan melahirkan tindakan. Oleh karena itu, percakapan yang mengarahkan fokus ke pusat perhatian yang dimaksud dalam komunikasi akan menciptakan komunikasi yang efektif.
Hal ini dibuktikan hasil pengamatan percakapan guru dan reaksi siswa seperti dalam tabel 1. Percakapan yang fokus langsung pada hal yang dimaksud dalam komunikasi akan melahirkan tindakan siswa, misal pada nomor 3.
Terbukti juga hasil survei dalam tabel 3, untuk percakapan guru yang mengarah pada fokus nomor 5, 15, 16, 17. Percakapan mengarahkan pada fokus ditunjukkan B dan yang tidak mengarahkan pada fokus ditunjukkan A. Hasil tabel tersebut sebagai berikut.
1. 77,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 5 (b) bersifat fokus membatasi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. “Marilah kita selesaikan pekerjaan itu dalam waktu lima belas menit. Setelah itu, kumpulkan di meja guru.” Daripada percakapan “Cepat selesaikan pekerjaan kalian. Saya menunggu untuk dikumpulkan.”
2. 75% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 15 (b) menimbulkan kejelasan untuk melakukan tindakan yaitu mengerjakan PR. “Ingatlah, kerjakan PR kalian.”Daripada percakapan “Jangan lupa besok ulangan.”
3. 97,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 16 (b) menimbulkan kejelasan untuk belajar nanti malam tentang materi ulangan besok. “Ingatlah, nanti malam kalian belajar materi argumentasi karena besok ulangan materi tersebut.” Daripada percakapan “Jangan lupa besok ulangan.”
4. 67,5% Siswa memilih percakapan B karena percakapan 17(b) menimbulkan kejelasan agar datang sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai. “Datanglah sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai.” Daripada percakapan “ Usahakan agar datang tidak terlambat.”


2.2.3. Pentingnya Inklusif
Memanfaatkan seluruh otak merupakan kunci untuk membuat belajar lebih cepat, lebih menarik, dan lebih efektif (Meier, 2002:84). Terkait dengan hal tersebut, belajar harus melibatkan fungsi sistem limbik. Pelibatan sistem limbik yang positif akan merangsang penggunaan fungsi otak naik tingkat ke area otak neokorteks yaitu otak belajar.
Seperti telah dijelaskan dalam 2.1.2.1 , sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan emosi. Oleh karena itu, pembelajaran harus bersifat sosial. Kerjasama di antara pelajar melibatkan lebih banyak daya otak keseluruhan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar. Agar tercipta lingkungan belajar yang penuh kerja sama, gunakan bahasa yang mengajak semua orang dan menciptakan kesan keterpaduan dan kesatuan.
Hal ini juga terbukti dari hasil survei dalam table 3, untuk percakapan guru yang bersifat inklusif nomor 6, 9, 10, 11, 13, 14. 82,5%, 87,5%, 90%, 70%, 92,5%, 75% siswa memilih percakapan B karena percakapan tersebut menimbulkan asosiasi positif yaitu mengajak dalam kebersamaan.
“Ingatlah, kerjakan PR kalian.”
“Kita akan mempelajari langkah-langkah ini!”
“Anak-anak, mari pahami keterangan saya ini.”
“Kita akan memperhatikan grafik halaman 134. Mari keluarkan buku kalian.”
“Kalian ingin mendapatkan nilai bagus? Ayo, kita bersungguh-sungguh belajar agar mendapat nilai lebih baik dari SKM.”
“Anak-anak, mari pusatkan perhatian kalian pada soal-soal ini. Hindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi kalian terhadap soal tersebut.”
Daripada percakapan:
“Yang harus kalian lakukan berikutnya adalah mengeluarkan pekerjaan rumah kemarin.”
“Ibu akan mengajarkan langkah-langkah ini!”
“Anak-anak, perhatikan!”
“Selanjutnya, Bapak ingin kalian mengeluarkan buku dan grafik pada halaman 134.”
“Kalian harus mendapatkan nilai yang lebih baik.”
“Anak-anak jangan mengobrol saja. Jangan ramai! Kerjakan soal-soal itu secepatnya.”

2.2.2 Pentingnya Spesifik
Berdasarkan tabel l percakapan nomor 2, 5, 9 bahwa semakin spesifk perkataan akan semakin memberikan kejelasan. Kejelasan melahirkan tindakan yang diinginkan dalam komunikasi. Kespesifikan dapat diciptakan dengan penggunaan kata-kata yang spesifik, menggunakan metafora(nomor 6), contoh visual (nomor 3), menyebut nama siswa (nomor 5. a).
Tabel 3 juga membuktikan bahwa kespesifikan menciptakan komunikasi efektif, seperti pada nomor percakapan 10 (b), 11 (b), 13 (b), 14 (b). Masing-masing 90%, 70%, 92,5%, dan 75% siswa memilih percakapan tersebut karena bersifat spesifik dan jelas.
“Anak-anak, mari pahami keterangan saya ini.”
“Kita akan memperhatikan grafik halaman 134. Mari keluarkan buku kalian.”
“Kalian ingin mendapatkan nilai bagus? Ayo, kita bersungguh-sungguh belajar agar mendapat nilai lebih baik dari SKM.”
“Anak-anak, mari pusatkan perhatian kalian pada soal-soal ini. Hindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi kalian terhadap soal tersebut.”
Daripada percakapan:
“Anak-anak, perhatikan!”
“Selanjutnya, Bapak ingin kalian mengeluarkan buku dan grafik pada halaman 134.”
“Kalian harus mendapatkan nilai yang lebih baik.”
“Anak-anak, jangan mengobrol saja. Jangan ramai. Kerjakan soal-soal itu secepatnya.”




BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.3 Penerapan Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching untuk Menciptakan Komunikasi Efektif antara Guru dan Siswa di Kelas X3 SMAN 3 Surabaya
Penerapannya sebagai berikut.
Untuk menimbulkan kesan/citra positif yang dapat memacu pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan percakapan yang mendukung pembelajaran (misal, kemudahan, keasyikan, kemanfaatan dan sebagainya), menciptakan kesan tantangan, penasaran, dan kemampuan untuk mengkaji kembali suatu kesalahan.
Untuk mengarahkan fokus dapat dilakukan dengan penggunaan percakapan yang langsung mengarah pada fokus yang dituju dalam tujuan komunikasi tersebut. Semakin fokus percakapan akan melahirkan kejelasan. Semakin jelas komunikasi akan melahirkan tindakan.
Untuk menciptakan percakapan yang inklusif dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang mengajak dalam kebersamaan dan menimbulkan asosiasi positif, misalnya dengan menggunakan kata “mari” dan “kita”.
Untuk menciptakan percakapan yang spesifik dapat dilakukan dengan menghindari kata-kata yang berkesan umum/general tetapi dengan kata-kata yang lebih spesifik mengarah pada kejelasan sebagaimana yang dimaksud dalam komunikasi. Kespesifikan akan membawa kejelasan. Kejelasan mendorong lahirnya tindakan.


3.1.4 Alasan-Alasan Diterapkannya Empat Prinsip Komunikasi Ampuh Quantum Teaching untuk Menciptakan Komunikasi Efektif antara Guru dan Siswa di Kelas X3 SMAN 3 Surabaya
Terkait dengan teori otak bahwa belajar harus melibatkan fungsi sistem limbik otak. Sistem ini berfungsi mengatur emosi dan sosial. Jika pembelajaran melibatkan emosi positif dan kerja sama yang baik hal ini akan melibatkan lebih banyak daya otak keseluruhan, meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar.
Menghindarai kesalahan dalam komunikasi akibat generalisasi dan terbukanya asosiasi yang luas.
Melahirkan tindakan sikap/perilaku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Meningkatkan hasil belajar siswa,

3.2 Saran
Guru dalam pembelajaran di kelas diharapkan menerapkan empat prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching agar :
a. tercipta komunikasi yang efektif antara guru dan siswa di kelas;
b. memperbaiki interaksi guru dan siswa di kelas;
c. mendukung dan meningkatkan hasil belajar-mengajar.
Pengembangan/modifikasi untuk prinsip-prinsip komunikasi ampuh Quantum Teaching tersebut disesuaikan dengan kondisi kelas masing-masing.









DAFTAR PUSTAKA


Cornegie, Dale. 1993. Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang lain. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Daniar, Sudarwan. 2007. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Darmawan, Didit. 2006. Komunikasi dan Presentasi. Surabaya: Mahardika.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
De Porter, Bobbi. 2000. Quantum Teaching:Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Bandung: Kaifa.
Ludlow, Ron & Fergus Panton. 1996. The Essence of Effective Communication Komunikasi Efektif.Yogyakarta: Andi.
Meier, Dave. 2002. The Accelereted Learning Hand Book. Bandung: Kaifa.
Ndraha, Taliziduhu. 1981 . Research (Teori Metodologi Administrasi). Jakarta: Bina Aksara.
Rachmadi, F. 1994. Public Relation dalam Teori dan Praktik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suharsimi, Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Bina Aksara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar