Minggu, 10 Oktober 2010

Benarkah Kita Bersungguh-Sungguh Hendak “Mengentas Kemiskinan”?



Benarkah Kita Bersungguh-Sungguh Hendak
“Mengentas Kemiskinan”?

“Mengentas Kemiskinan” menjadi sebuah slogan pemerintah. Slogan ini merupakan komitmen bangsa kita untuk meningkatkan kesejahteraan hidup atau dengan kata lain keluar dari kemiskinan. Akan tetapi, benarkah “mengentas kemiskinan” memiliki makna yang benar-benar sesuai dengan yang dimaksud dalam komitmen tersebut?
“Mengentas kemiskinan’ berasal dari dua kata, yaitu mengentas dan kemiskinan. Mengentas berasal dari kata entas yang merupakan bentuk verba. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengentas (bentuk verba) memiliki makna sebagai berikut: 1) mengangkat ( dari suatu tempat ke tempat lain); (2) mengeluarkan dari lingkungan cairan; (3) menyadarkan; memperbaiki nasib. Adapun kemiskinan merupakan bentuk nomina yang bermakna keadaan miskin.
Jika kita telaah lebih jauh dengan merujuk kepada makna tersebebut dalam kamus, ”mengentas kemiskinan” dapat bermakna: 1) mengangkat kemiskinan dari suatu tempat ke tempat lain, atau: (2) mengeluarkan kemiskinan dari suatu lingkungan, atau; (3) menyadarkan/memperbaiki nasib kemiskinan. Masalahnya sekarang, benarkah yang hendak kita angkat atau kita keluarkan atau kita sadarkan adalah kemiskinan? Mengapa kemiskinan hendak kita angkat atau kita keluarkan atau kita sadarkan? Tentunya ini bukan merupakan hal yang logis karena apapun yang kita lakukan dengan cara mengangkat, mengeluarkan, ataupun menyadarkan/memperbaiki nasib, yang namanya kemiskinan tetaplah kemiskinan. Dalam kamus, arti kata miskin adalah tidak berharta atau serba kekurangan. Dapatkah kemiskinan kita ubah nasibnya dengan cara mengentas seperti yang termaktub dalam makna mengentas di atas?
Yang dapat diubah nasibnya bukanlah kemiskinan, melainkan orangnya yaitu orang miskin. Dengan logika lain bahwa yang memiliki nasib adalah manusia atau orang, bukan kemiskinan. Oleh karena itu bentukan yang benar adalah “ mengentas orang dari kemiskinan” atau “mengentas rakyat dari kemiskinan”. Bentukan tersebut lebih tepat dan logis karena mengandung makna bahwa yang hendak dientas adalah orang atau rakyat. Dientas dari apa, maka jawabannnya adalah dari kemiskinan. Tentunya bentukan ini lebih tepat dan logis jika dibandingkan dengan “mengentas kemiskinan”.
Pantaslah kiranya bahwa bangsa Indonesia sangat sulit keluar dari kemiskinan karena slogan yang kita buat memang tidak bermaksud untuk memperbaiki nasib rakyat miskin tetapi memperbaiki kemiskinan yang tentunya hal ini sangatlah mustahil. Semoga kita berbahasa dengan baik dan benar karena bahasa merupakan bagian dari doa. Apa yang kita ucapkan, itulah sebuah doa. Mudah-mudahan hal ini dapat meluruskan kesalahan tersebut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar